DAKWAH ANNUAL CONFERENCE (DAKWAH INKLUSIF UNTUK MENEGUHKAN INDONESIA BERPERADABAN) DI UIN SUKA

Blog Single

REKONSTRUKSI

DAKWAHTAINMENT  SEBAGAI MEDIA DAKWAH

  Oleh :

Oleh : Nur Ahmad, S.Sos.I., M.S.I

( Dosen Dakwah dan Komunikasi STAIN Kudus )

Selama periode reformasi bangsa Indonesia mengalami keterbukaan dibidang media, bahkan sebagian masyarakat  berargumentasi sudah sampai pada tahap  “Kebablasan” atau kebebasan. Salah satu produk transformasi ini adalah bertaburannya program-program dakwahtainment yang pada hakekatnya menggabungkan antara “Tuntunan dan Tontonan”, sebagai landasan operasional mereka demi keuntungan melalui komodifikasi agama melalui media. Pemanfaatan teknologi dakwah sebenarnya merupakan sebuah pemenuhan kebutuhan spiritual masyarakat Indonesia yang selalu mengalami perkembangan akan eksistensinya sebagai konskuensi modernisasi zaman. Fenomena dakwahtainment sebagai media dakwah saat ini, banyak elemen yang terlibat di dalamnya justru mengikis moral masyarakat karena minimnya tauladan yang diperankan oleh individu yang terlibat di dalamnya serta tidak terpenuhinya esensi materi dakwah yang ingin disampaikan da’i pada mad’u karena disebabkan banyaknya faktor yang bersifat materialistis dan kapitalis sebagai budaya pertelevisian, radio maupun di media elektronik lainnya yang terdapat di Indonesia saat ini. Kebutuhan masyarakat untuk terpenuhinya aspek penguatan spiritual telah memicu berbagai inovasi terkait metode dakwah yang paling efektif dan mampu menjawab kebutuhan pasar. Sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya, telah sangat akrab dengan beberapa tema acara pengajian yang banyak dijumpai di beberapa stasiun televisi baik negeri maupun swasta yang mengusung beragam tema bernuansa agama dalam bingkai dakwah. Keunggulan teknologi industri telah mencapai  efisiensi yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga mampu menghasilkan alat-alat informasi, komunikasi dan transportasi sedemikian murahnya dalam waktu yang relatif singkat maka tak mengherankan kalau dunia entertaiment berkembang dengan pesat. Tujuan dakwah yang religius ternyata dalam realisasinya dominan dengan muatan materialistis semata yang dikhawatirkan akan berdampak pada kemunduran dakwah itu sendiri. Kondisi yang demikian jika berlangsung terlalu lama akan berdampak pada nihilisasi peran masyarakat sebagi mad’u yang harusnya terbangun kekuatan spiritualnya namun pada kenyataannya hanya berperan sebagai penonton pada acara hiburan dan tidak menampakkan indikasi keberhasilan misi religius dari acara dakwahtainment.  Ironisnya  dakwahtainment hanya memberi banyak keuntungan finansial yang diraup oleh pihak manajemen dari stasiun televisi belaka. Sebuah ironi ketika agama memuat ajaran-ajaran yang berlawanan dengan nilai kapitalisme, tetapi justru agama dijadikan alat mencapai tujuan kapitalistis. Selanjutnya Rekontruksi Dakwahtainment sebagai wujud dakwah di televisi misalnya merupakan salah satu warna dari perkembangan media dakwah melalui pemanfaatan teknologi. Sebagai salah satu metode dakwah yang cukup strategis, dakwahtainment sangat membantu dalam proses proses pembangunan spiritual bagi sebagian kalangan masyarakat kita. Sebuah hal yang dilematis dari program dakwahtainment ketika kemasan dari metode dakwah  dengan entertainment ini terkadang mengundang persepsi masyarakat yang tanpa disadari mengkerdilkan nilai-nilai agama Islam.

Share this Post1: