Mengukuhkan Kudus Sebagai Kota Literasi Al-Qur'an

Refleksi HUT Kudus ke-473 Tahun 2022

Nur Said

Culture-preneur/Dosen/Kepala Perpustakaan IAIN Kudus; Ketua Lakpesdam NU Kudus

 

Selamat HUT Kota Kudus ke 473 tahun 2022. Kota Suci Madinah dulu namanya Yatsrib diganti Madinah makin beradab bahkan menjadi model masyarakat madani (civil society) di dunia berkah bimbingan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sedang Kudus namanya dulu Tajug diganti Kudus (al Quddus) menjadi lebih berbudaya sebagai model mayarakat toleransi (peace society) dipelopori oleh Sunan Kudus, Sayyid Ja’far Shodiq. Maka Kudus lama dikenal sebagai Kudus Darussalam, sebagai rumah perdamaian. Bahkan kini, masyarakat dunia mulai merindukan model hubungan antar umat beragama yang damai khas Kudus untuk model perdamaian dunia khususnya di Eropa.

Hal ini terungkap dalam forum International Cross-Culture Dialoge (IDDC) yang diselenggarakan oleh Perpustakaan IAIN Kudus menjelang HUT Kota Kudus September 2022 ini. Nuri Kurnaz, sejarawan dan jurnalis Belanda-Turki yang tinggal di Amsterdam saat menjadi narasumber dalam ICCD tersebut menyatakan kunjungannya ke Kudus memang didorong oleh daya tarik Islam ramah di Kudus yang ditanamkan oleh para Walisongo terutama Sunan Kudus dan juga Sunan Kalijaga di Demak. 

Setelah berkunjung langsung ke jejak Sunan Kudus di kompleks masjid Menara Kudus dan ikut ziarah di makam Sunan Kudus serta kunjungan ziarah ke Sunan Kalijaga dan Masjid Agung Demak bersama penulis, Kurnaz terkagum-kagum atas arsitektur perdamaian yang tertuang dalam struktur ornamen dan bangunan di Menara Kudus yang mencerminkan akulturasi tradisi Hindu, Jawa, China, Persia dan Islam. 

Semakin ta’jub lagi setelah memasuki bangunan tempat wudlu kuno yang terdiri dari delapan pancuran dengan ornamen arca. Ternyata delapan pancuran tersebut dulunya mencerminkan delapan ajaran Asta Sanghika Marga (Jalan Berlipat Delapan) dalam tradisi Budha, dimana seseorang perlu memiliki pengetahuan yang benar, keputusan yang benar, berkata yang benar, berbuat yang benar, hidup dengan cara yang benar, bekerja dengan benar, beribadah dengan benar, dan menghayati agama dengan benar.  

Delapan ajaran tentang kebenaran tersebut juga merupakan pesan Islam dalam literasi Al Qur’an, bahwa hakekat kebenaran adalah bersumber dari Allah Subhanahu wata’ala (Al haqqu min-rabbika), maka delapan pancuran tersebut tetap dipertahankan hingga sekarang sebagai upaya menghidupkan pesan literasi Al Qur’an. 

 

Kota Literasi Al Qur’an

Setiap kali bulan haji tiba atau kunjungan umroh, semua jamaah haji akan melewati Gapura Al Qur’an (GQ) atau Mekkah Gate. Begitu masuk GQ mengingatkan jamaah haji dan umroh seluruh dunia bahwa mereka telah memasuki kota Al Qur’an, tempat dimana diturunkan Al Qur’an selama puluhan tahun kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Hal ini tak jauh berbeda dengan kota Kudus. Kita tahu Kudus memang telah lama dikenal sebagai kota santri, kota kretek, kota jenang dan predikat lainnya. Namun ada yang lupa bahwa Kudus secara historis adalah kota yang telah melahirkan ratusan bahkan mungkin ribuan Hafidz dan Hafidzah, para santri-santriwati dari berbagai pelosok kota di nusantara bahkan sebagian dari manca negara. Semua ini tak lapas dari Pesantren Tahfidz Yanbu’ul Qur’an (PTYQ) Kudus yang didirikan oleh Khadratusy Syaikh KH. M. Arwani Amin. Bahkan kini generasi kedua dengan asuhan Abuya KH. M. Ulinnuha Arwani dan Abah KH. M. Ulil Albab Arwani cabangnya sudah di berbagai kota dan sedang penjajagan di sejumlah negara tetangga. 

Merekalah yang telah berjasa atas ridlaNya, telah melahirkan para laskar dan srikandi penjaga wahyu yang menjadikan kota Kudus makin menawan dan harum namanya. Bahkan sekarang mulai berkembang berbagai program tahfidz yang terintegrasi di sekolah unggulan berbagai jenjang pendidikan. Sebagian juga diasuh oleh para Hafidz/Hafidzah alumni PTYQ. 

Disamping itu di Kudus, juga ada berbabagai varian pesantren yang intinya menghidupkan ruh Al Qur’an seperti Pesantren Mahasiswa PRISMA (Pesantren Riset Sains Spiritual Moderasi Al Qur’an) Conge Kudus yang menghidupkan budaya nilai Qurani dalam riset dan literasi, juga Pesantren Enterpreneur Al Mawaddah Honggosoco Kudus yang menekankan aspek kemandirian santri untuk bekal jihad ilmiah. Ada juga Pesantren Budaya Assanusiyah di Jekulo yang membangun kesadaran budaya santrinya. Dalam dunia seni di Kudus juga ada pesantren seni kaligrafi Al Qur’an yang sedang berkembang dengan beberapa cabangnya. 

Hal ini didukung perguruan tinggi terbesar di Pantura yakni IAIN Kudus yang di dalamnya juga ada prodi Ilmu Al Qur’an dan Tafsir yang sebentar lagi bertansformasi menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Juga sudah ada Ma’had Ali TBS konsentrasi Ilmu Falak. Ada juga Ma’had Ali Yanbu’ul Qur’an dengan konsentrasi Ulumul Qur’an dan masih banyak lagi ratusan pesantren salafiah dengan berbagai variasinya. 

Beberapa varian pesantren tersebut tak lepas dari semangat membaca/riset, enterpreneur dan berbudaya adalah ruh kehidupan sebagai bagian dari kristalisasi spirit Iqra’ dalam upaya mengantarkan santri yang tafaqquh fiddin dan akram. Agar Kudus makin berdaya guna yang menjadi tagline Harlah Kudus 2022 bagaimana caranya? Tak lain dengan banyak membaca teks tertulis (wahyu) dan teks tak tertulis yakni semesta agar mampu melestarikan nilai-niai laa yang baik dan melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai (ilmu pengetahua dan teknologi) baru yang lebih baik. Maka ribuan santri berbondong-bondo ke Kudus untuk ngaji maupun kuliah karena berkah spirit Kudus dikenal sebagai Kota Literasi Al Qur’an di bawah lambaran etos Gusjigang (Bagus, Ngaji dan Dagang).  

 

Gerbang Literasi Al Qur’an

Maka untuk menyegarkan ingatan kolektif bagi siapa saja yang masuk ke kota Kudus ada baiknya Pemda Kudus dan stake holder mempelopori Gerbang Literasi Al Qur’an yang dilengkapi perpustakaan penunjang bagi santri, pelajar dan mahasiswa di perbatasan Kudus – Pati, sebagaimana di Mekkah juga ada Gerbang Al Qur’an. Kalau perbatasan Demak sudah dibangun gerbang Kota Kretek, saatnya Bapak Bupati di HUT Kudus ke-473 atau siapapun penerusnya bersama stake holder nanti mengupayakan gerbang Tugu Al Qur’an sebagai wujud dukungan meneguhkan Kudus sebagai Kota Literasi Al Qur’an. Sebuah monumen pengingat pentingnya back to the Qur’an dan semangat menghidupkan Al Qur’an.  

 

 

 

 

 

 

Share this Post1: